Minggu, 12 Mei 2013

Bisnis Sukses Ala Abdurrahman bin Auf (Sahabat Rasulullah SAW)


Abdurrahman bin Auf Radhiallahu‘anhu termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. ia adalah seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau masih hidup.
Namanya di masa jahiliyah adalah Abdu Amr, ketika masuk Islam Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallammemanggilnya Abdurrahman. Beliau salah seorang yang berangkat hijrah ke negeri Madinah dari Mekah tanpa berbekal apapun, beliau melangkah menuju Allah dan Rasul-Nya. Sesampainya para sahabat di Madinah, masing-masing mendapatkan seorang Saudara dari penduduk Madinah yang dijalinkan persahabatan mereka oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abdurrahman bin Auf mendapatkan Saudara Sa’ad Bin Rabi Al Anshari radhiallahu ‘anhuma.
Sa’ad berkata kepada Abdurrahman,”Wahai Saudaraku, aku adalah orang yang memiliki banyak harta di Madinah. Aku memiliki dua kebun dan dua istri. Silahkan engkau pilih kebun mana yang engkau sukai, aku akan memberikannya untukmu. Dan aku akan ceraikan salah satu istriku untuk engkau nikahi.”
Berkata Abdurrahman,”terima kasih saudaraku, semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu, cukup bagiku engkau menunjukan letak pasar kepadaku.”
Kemudian Sa’ad menunjukan pasar, lalu Abdurrahman memulai perdagangan di sana. Beliau membeli barang lalu menjualnya kembali. Kemudian hasil keuntungannya ditabung.
Sedikit demi sedikit keuntungannya semakin bertambah, sampai beliau berkata,”Dunia telah terbuka bagiku, sampai aku merasa seandainya aku mengangkat sebuah batu, niscaya aku akan mendapatkan di bawah batu itu emas dan perak.” Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki ‘Sahabat Bertangan Emas’.
Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin Utsman bin Ka’ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka.
Suatu ketika, Rasulullah ingin mempersiapkan pasukan sariyyah, beliau berdiri di tengah sahabatnya lalu berkata,”bersedekahlah wahai kalian, karena aku ingin mengirim pasukan perang.”
Mendengar itu, Abdurrahman bin ‘Auf segera pulang ke rumah dan kembali lagi ke tempat Rasulullah, kemudian berkata,”Wahai Rasulullah, aku mempunyai uang sebanyak empat ribu dinar. dua ribu aku pinjamkan untuk Tuhanku, dan dua ribu lagi aku tinggalkan untuk keluargaku.”
Maka, Rasulullah Shalallahu alahi wa sallam menjawab,”Semoga Allah memberkahimu di dalam harta yang engkau infakkan dan semoga Allah memberkahimu di dalam harta yang engkau pegang.”
Ketika beliau bersiap-siap menuju Tabuk untuk memerangi kaum Romawi, di perang itulah masa-masa sulit dialami Rasulullah dan para Sahabat. Beliau membutuhkan banyak kuda perang, perbekalan, dan tentara Islam.
Di saat hewan tunggangan masih terbatas, datanglah beberapa sahabat yang meminta izin untuk berperang. Namun Rasulullah tolak karena kekurangan hewan tunggangan. Sehingga mereka menangis tidak ikut perang bersama Rasulullah. Dengan kondisi yang paceklik, sehingga pasukan ini juga disebut “pasukan masa sulit”.
Kemudian melihat kondisi ini, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf yang paling terdepan menutupi kekurangan perlengkapan perang.
Allah mengabulkan do’a Rasulullah, setelah beberapa lama Abdurrahman bin ‘Auf menjadi saudagar kaya. Beliau mempunyai kafilah dagang dan banyak pegawai dalam bisnisnya. Beliau mahir dalam menejemen usaha yang dikembangkannya.
Beliau mengirim kafilah dagang ke madinah sebanyak 700 unta beserta pegawainya dengan membawa gandum, tepung, minyak, pakaian, bejana-bejana, minyak wangi dan semua yang diperlukan oleh penduduk madinah. Semua barang-barang itu diperuntukan untuk fakir miskin di madinah.
Menjelang wafatnya, sebelumnya beliau memerdekakan budak-budaknya. Beliau membagikan harta kepada sahabat yag pernah ikut perang badar masing-masing 400 dinar emas.
Meskipun sudah dibagikan harta-hartanya kepada warga madinah, beliau masih mempunyai seribu ekor unta, seratus ekor kuda, dan tiga ribu ekor kambing. Beliau mempunyai empat istri dan masing-masing istri mewariskan 80.000 dinar. Tidak hanya itu, masih ada sisa emas dan perak yang jumlahnya banyak, kemudian di potong-potong untuk dibagikan ke keluarganya yang lain.
Ini berkat do’a Rasulullah, sehingga harta Abdurrahman bin ‘Auf menjadi berkah bahkan beliau kesulitan hendak kemana menyedekahkan harta-hartanya.[1]
Berani Memulai Usaha
Dari kisah Abdurrahma bin ‘Auf radhiallahu’anhu, kita bisa ambil pelajaran bahwa beliau memulai usaha dari tangan kosong hingga mempunyai harta yang melimpah. Menjadi pengusaha sukses tidak terlepas dari kemauan dan keuletan, menejemen keuangan yang baik dan pengaturan karyawan yang tertata rapih.
Diawali dengan kemauan dan semangat yang besar, itu adalah modal pertama yang dibawa Abdurrahman untuk menyusun sebuah usaha. Beliau hijrah dari mekkah dengan tidak membawa perbekalan, namun beliau mengambil peluang dan mengatur strategi bagaimana agar perdagangan di pasar menjadi sukses.
Terkadang terlintas di benak kita,”bagaimana jika gagal?” Gagal dalam usaha bukan berarti kita berhenti untuk selalu mecoba. Menghitung-hitung untung rugi, peluang, dan strategi dalam memulai usaha itu perlu.
Lebih baik mencoba walaupun kemungkinan akan gagal daripada tidak mencoba samasekali. Rumusnya:
                                Mencoba usaha = 50% gagal – 50% berhasil
                                Takut / tidak mau mencoba = 100% gagal
Jujur dan Sabar
Abdurrahman bin ‘Auf ketika berdagang mengutamakan kejujuran, itulah yang menimbulkan kepercayaan pelanggan. Jika kita berjualan barang maka katakan yang sejujurnya tentag kualitas barang tersebut, karena jika kita bilang barang bagus namun ternyata kualitas barang jelek, maka timbul kekecewaan pada konsumen.
Kemudian ketika berwira usaha juga harus sabar, jika dagangan bangkrut maka evaluasi apa yang membuat bangkrut. Jika usaha kurang pelanggan, maka evaluasi mengapa pelanggan berkurang. Jangan berhenti ditengah jalan ketika barang tidak laku. Jika tidak bisa dipertahankan maka ganti barang dagangan dengan sesuatu yang dibutuhkan di masyarakat.
Sabar ketika rugi dan sabar pula ketika mendapat keuntungan. Ketika mendapatkan keuntungan, maka pikirkan apa langkah selanjutnya apa yang akan dilakukan dengan hasil tersebut. Abdurrahman bin ‘Auf ketika mendapatkan keuntungan, beliau menabungnya dan sebagiannya diputar kembali untuk modal. Begitu seterusnya sehingga lama kelamaan keuntungannya membesar.
Susun Strategi Untuk Menarik Costumer
Observasi mengenai keadaan konsumen. Jika kita hidup di lingkungan petani beras, maka jangan menjual beras kepada mereka, karena mereka pun pasti punya beras, tetapi cari dagangan yang lain.
Menjual barang-barang yang dibutuhkan di masyarakat menjadi tolak ukur, apa yang yang kita perjual-belikan. Sehingga kita bisa menghitung-hitung untung ruginya.
Jika kita memiliki persaingan karena ada pengusaha yang menjual barang yang sama, maka berusaha lah tampil beda dengan pedagang lain. Design tempat usaha semenarik mungkin, bersih dan nyaman. Promosikan barang ke para konsumen dengan membuat iklan, brosur, spanduk, dll.
Pertahankan Kualitas Barang
Satu hal yang terkadang dilupakan oleh para pedagang adalah tidak mempertahankan kualitas barang karena ingin meraih keuntungan yang lebih banyak. Ini sebuah kekeliruan yang harus dihindari.
Terkadang banyak konsumen yang melihat kualitas barang walaupun harganya sedikit lebih mahal dari pedagang yang lain. Awalnya mungkin keuntungan sangat tipis, namun jika kualitas baik maka pelanggan akan tetap datang walaupun harganya dinaikan.
Menejemen Keuangan
Faktor penting lain dalam usaha adalah menejemen keuangan yang baik, perhatikan modal yang dikeluarkan dan pemasukan keuangan. Membuat neraca debet dan kredit dari usaha yang sedang dikembangkan.
Pengusaha seperti Abdurrahman bin ‘Auf yang memiliki harta melimpah tidak terlepas dari menejemen keuangan yang baik dan tersusun rapi. Beliau juga pasti membuat akunting yang baik dan pembukuan dalam setiap usaha yang dilakukannya.
Beliau juga mempunyai pegawai yang membantu dan mengembangkan usahanya. Keuntungan yang besar yang beliau raih tidaklah dilakukan sendiri, tetapi ada struktur perusahan yang mengurusi keuangan
Memperhatikan Kesejahteraan Karyawan
Pentingnya kesejahteraan karyawa adalah untuk mempertahankan karyawan agar tidak pindah ke perusahaan lain, meningkatkan motivasi dan  semangat kerja, dan meningkatkan sikap loyalitas karyawan terhadap perusahaan. untuk mempertahankan karyawan ini hendaknya diberikan kesejahteraan/kompensasi lengkap/fringe benefits.
Kesejahteraan yang diberikan sangat berarti dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental karyawan beserta keluarganya. Usaha yang dilakukan untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar semangat kerja meningkat adalah melalui program kesejahteraan karyawan yang disusun berdassaarkan peraturan legal, berasaskan keadilan dan kelayakan serta berpedoman kepada kemampuan perusahaan.
Jangan sampai karyawan terlantar karena tidak diperhatikan, dan memberikan gaji yang tepat agar mereka bisa sejahtera.
Seperti sabda Rasulullah Shalallahu alahi wa sallam. Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma dan Thabrani meriwayatkan dari Jabi radhiallahu ‘anhu serta Abu Ya’la juga meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَعْطُوا الأَجِيْرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.”
Menggenggam Dunia dengan Tangan Bukan Dengan Hati
Abdurrahman bin ‘Auf meskipun kaya, namun beliau tetap sederhana dan tidak silau dengan harta yang beliau kumpulkan. Semua harta yang beliau miliki tidak membuat dirinya tertipu dan tidak pula mengubah kepribadiannya. Banyak orang yang tidak bisa membedakan antara beliau dengan para budaknya ketika berjalan bersama-sama.
Karena beliau menggenggam dunia dengan tangannya bukan dengan hatinya. Sehingga ketika hartanya diinfaqan maka beliau rela dan tidak merasa rugi sedikit pun.
Bersedekah Untuk Jihad
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kaum muslimin membutuhkan orang-orang Islam yang menginfakkan harta dan jiwanya untuk Jihad. Tidak hanya mereka yang berperang dengan dengan senjata, namun juga berperang dengan infak harta-harta mereka.
Semoga kaum muslimin bisa menjadi seorang intrepreuner yang baik, dan menginfakkan hartanya untuk berjihad fie sabilillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar