1. KHALID BIN WALID (SANG PEDANG ALLAH TERHUNUS)
Khalid bin Walid (592–642), lahir sekitar tahun 592, ayahnya bernama Walid
bin al-Mughira seorang kepala suku dari banu Makhzum (bangsa Quraisy). Di saat
itu banu Makhzum bertanggung jawab terhadap masalah perang, mengurus persenjataan
dan tenaga tempur. Sesaat setelah dilahirkan, Khalid dikirim ke suku Badui di
gurun di mana udaranya masih bersih, segar dan belum terpolusi. di usia lima
atau 6 tahun, ia kembali ke Mekah. Di masa kanak-kanak tersebut Khalid juga
pernah terserang cacar ringan yang mengakibatkan timbulnya bekas cacar (bopeng)
dipipi kirinya.
Khalid bin Walid dan Umar bin
Khattab adalah saudara sepupu dan memiliki kemiripan wajah. Keduanya sangat
tinggi, Khalid memiliki tubuh yang kuat, bahu yang lebar, badan yang kekar juga
berjenggot penuh dan tebal di wajahnya.
Khalid seorang juara gulat, suatu
ketika ia pernah adu gulat dengan Umar bin Khattab. Khalid dapat mematahkan
kaki Umar. Ini mungkin awal dari perseteruan dua saudara sepupu tersebut.
Khalid juga jago berkuda, dimasa kecil ia juga berlatih menggunakan senjata
seperti panah, tombak, dan pedang. Tombak adalah senjata favoritnya.
Di
Era Nabi Muhammad saw (610–632)
Pertempuran Melawan Kaum Muslimin
Tidak banyak diketahui kisah Khalid
bin Walid di masa-masa awal nabi Muhammad saw. Ayah Khalid dikenal memusuhi
Islam. Setelah periode hijrah dari Mekah ke Madinah, maka pertempuran antara
kaum muslimin dgn kaum kafir quraisy pun dimulai. Khalid bin Walid tidak turut
serta dalam perang Badar, peperangan pertama antara kaum muslimin dengan kafir
quraisy. Dalam perang ini saudara Khalid, Walid bin Walid tertangkap dan
ditawan. Kemudian Khalid bersama sang kakak pergi ke Madinah untuk menembus
Walid. Namun segera setelah ditembus, dalam perjalanan ke Mekah, Walid
melarikan diri, kembali ke Madinah dan masuk Islam.
Kepemimpinan Khalid berperan besar
untuk memastikan kemenangan kaum kafir quraisy dalam perang Uhud (625 M). Tahun
627 M terjadi Pertempuran Khandaq, ini merupakan peperangan terakhir Khalid
dengan kaum Muslimin.
Masuk Islam
Saat perjanjian perdamaian
(Perjanjian Hudaibiyyah, Maret 628 M) berlangsung antara kaum muslimin dan
kafir quraisy, sejarah mencatat bahwa nabi Muhammad berkata kepada Walid
(saudara Khalid), "Seseorang seperti Khalid, pasti akan tertarik pada
Islam". Walid kemudian mengirim surat kepada Khalid, membujuknya masuk
Islam. Khalid yang sebenarnya tidak terlalu mengidolakan berhala-berhala Ka'bah
kemudian mengajak bicara Ikrimah bin Abu-Jahal - teman semasa kecilnya - yang
menentang niatnya untuk masuk Islam.
Khalid kemudian diancam oleh Abu
Sufyan yang hendak menyerangnya dengan penuh amarah, namun dihalangi oleh
Ikrimah. "Sabar, Wahai Abu Sufyan, kemarahan Anda mungkin juga membawa
saya untuk bergabung dengan Muhammad. Khalid bebas untuk mengikuti agama apa
pun ia pilih". Khalid sendiri membalas Abu Sufyan dengan menjawab
bernada keras, "Demi Allah orang suka atau tidak, sungguh dia benar."
Bulan May 629 M, Khalid menuju
Madinah dan bertemu dengan Amru bin Ash dan Uthman bin Talha yang juga menuju
Madinah untuk masuk Islam. Mereka tiba di Madinah pada 31 May 629 serta segera
menuju rumah nabi Muhammad saw. Khalid kemudian diterima oleh sang kakak Walid
bin Walid yang lebih dahulu masuk Islam.
Pertempuran Bersama Kaum Muslimin Di
Era Nabi Muhammad saw
Tiga bulan setelah kedatangan Khalid
di Madinah, nabi Muhammad saw mengirim utusan kepada penguasa Ghassanid Suriah,
pengikut kekaisaran Romawi Bizantium, dengan surat mengundang dia untuk masuk
Islam. Ketika melewati Mu'tah, utusan ini dicegat dan dibunuh oleh seorang
kepala suku lokal Ghassanid dengan nama Shurahbil bin Amr. Secara tradisi
utusan diplomatik memiliki kekebalan dan tidak boleh dibunuh. Kabar ini membuat
Madinah marah.
Sebuah ekspedisi segera disiapkan
untuk mengambil tindakan hukuman terhadap Ghassanid. Rasulullah lantas menunjuk
Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang, bila Zaid gugur maka Ja'far bin Abi
Thalib yang menggantikannya, dan bila Ja'far gugur maka Abdullah bin Rawahah
akan menggantikannya. Bila ketiga panglima perang tersebut gugur maka panglima
perang selanjutnya dipilih oleh pasukan muslimin.
Ketiga panglima perang tersebut pun
akhirnya gugur syahid. Pasukan muslimin pun kemudian memilih Khalid Bin Walid
sebagai panglima perang. Khalid kemudian mengatur strategi bagaimana 3000
pasukan muslimin selamat dari pembantaian 100.000 (200.000) pasukan gabungan
Romawi Bizantium dan Ghassanid Arab dalam peristiwa yang dikenal sebagai
Pertempuran Mu'tah.
Sepanjang malam Khalid mengatur
pasukannya menjadi beberapa pasukan dibelakang pasukan utama. Pagi harinya
menjelang pertempuran pasukan tersebut bergerak maju seakan-akan mereka adalah
pasukan bala bantuan. Romawi pun merasa gentar mengira pasukan muslimin
mendapatkan pasukan tambahan dalam jumlah besar.
Saat itu sepanjang hari Khalid entah
bagaimana tetap bertahan dan tidak menyerang. Malam harinya Khalid
memerintahkan pasukannya untuk mundur dan kembali ke Madinah. Namun Romawi
tidak mengejar karena khawatir ini merupakan jebakan.
Dalam Pertempuran Mu'tah ini Khalid
kehilangan sembilan pedangnya. Dan setelah pertempuran ini, Khalid diberi gelar
Pedang Allah oleh Rasulullah saw.
Pertempuran Selanjutnya
Setahun kemudian pada 630 M kaum
muslimin maju dari Madinah untuk membebaskan Mekah. Dalam Pembebasan Mekah ini,
Khalid memimpin salah satu dari empat pasukan muslim yang bergerak dari empat
arah yang berbeda mengepung Mekah. Dan hanya pasukan Khalid yang sempat
mendapat perlawanan dari pasukan kavaleri quraisy yang menolak menyerah. Di
tahun itu juga Khalid terlibat dalam Pertempuran Hunain dan pengepungan Tha'if.
Khalid juga terlibat dalam
Pertempuran Tabuk yang dipimpin langsung nabi Muhammad saw. Khalid lalu dikirim
ke wilayah Daumat-ul-Jandal dimana ia berjuang dan berhasil menangkap pangeran
arab Daumat-ul-Jandal, memaksa Daumat-ul-Jandal untuk menyerah.
Pada 631 M Khalid bin Walid turut
serta berpartisipasi dalam haji perpisahan Muhammad. Dalam peristiwa ini, ia
mengumpulkan beberapa rambut Muhammad, sebagai peninggalan suci, yang akan
menginspirasinya memenangkan pertempuran di masa mendatang.
Pertempuran Sebagai Panglima Perang
Islam
Pada Januari 630 M, tahun ke 8 H,
Khalid dikirim Rasullullah saw untuk menghancurkan berhala (jin ) Uzza.
Seorang perempuan yang diklaim sebagai bentuk asli Uzza sukses dibunuh
oleh Khalid.
Khalid juga dikirim oleh Rasulullah
saw untuk mengajak banu Jadhima masuk Islam. namun Khalid melakukan tindakan
kontroversial. Banu Jadhima yang sudah masuk Islam, namun Khalid menahan mereka
semua dan mengeksekusi mati sebagian disebabkan permusuhan di masa lalu.
Rasulullah saw yang mendengar kabar
ini lalu berdoa, "Allahumma ya Allah! aku bermohon kepada-Mu lepas
tangan dari apa yang diperbuat oleh Khalid bin Walid itu." Rasul
kemudian mengutus Ali bin Abi Thalib untuk mengurus diat (ganti rugi) terhadap
banu Jadhima.
Era
Khalifah Abu Bakar (632–634)
Pertempuran Riddah
Setelah kematian nabi Muhammad saw,
banyak suku arab yang memberontak dan menolak kekuasaan Madinah. Khalifah Abu
Bakar mengirim pasukan untuk mengatasi pemberontakan dan mereka yang murtad.
Khalid adalah salah satu penasehat utama Abu Bakar dan arsitek perencanaan
strategis Pertempuran Riddah. Dia diberi komando atas brigade muslimin terkuat
(terdiri dari pejuang pilihan muhajirin dan anshar) dan dikirim
ke pusat arab, daerah yang paling strategis dan sensitif di mana suku
pemberontak paling kuat tinggal. Daerah ini paling dekat dengan kubu muslim
Madinah dan merupakan ancaman terbesar ke kota. Pertama-tama, Khalid berangkat
ke suku-suku pemberontak Tayy dan Jalida, dimana Adi bin Hatim - seorang
sahabat terkemuka Nabi Muhammad, dan seorang kepala suku dari suku Tayy -
dikirim sebagai penengah. Kedua suku kemudian setuju kembali bergabung ke
kekhalifahan.
Pada pertengahan September 632 M,
Khalid mengalahkan Tulaiha, seorang pemimpin pemberontak yang mengaku sebagai
nabi untuk menarik dukungan bagi dirinya sendiri. Kekuasaan Tulaiha hancur
setelah pengikutnya yang tersisa dikalahkan di Pertempuran Ghamra. Khalid
berikutnya bergerak menuju Naqra dan mengalahkan pemberontak suku Bani Salim
dalam Pertempuran Naqra. Wilayah ini berhasil diamankan setelah Pertempuran Zafar
bulan Oktober 632 dengan kalahnya Salma seorang perempuan yang memimpin
sisa-sisa pembangkang murtad.
Kontroversi Pembunuhan Malik bin
Nuwairah
Setelah wilayah sekitar Madinah,
ibukota Islam, direbut kembali, Khalid memasuki Nejd, wilayah perkampungan dari
suku banu Tamim. Banyak dari anggota suku banu Tamim yang bergegas untuk
mengunjungi Khalid dan menyatakan tunduk kepada kekuasaan kekhalifahan. Tetapi
suku banu Yarbu, di bawah pimpinan Malik bin Nuwairah, menolak menyerah. Malik
kemudian memilih menghindari kontak langsung dengan pasukan Khalid dan
memerintahkan para pengikutnya untuk menyebar, dan ia dan keluarganya melarikan
diri melintasi padang pasir.
Malik kemudian tertangkap oleh
pasukan Khalid dan diserahkan kepada Khalid. Lalu diminta pertanggungjawaban
mengenai "kejahatannya". Malik kemudian mengatakan, "sahabat
anda mengatakan ini, sahabat anda mengatakan bahwa..." merujuk kepada
Abu Bakar, Khalid menyatakan bahwa Malik murtad dan pemberontak, lalu
memerintahkan agar dia dieksekusi. Setelah eksekusi Malik, Khalid menikahi
istrinya yang sangat cantik, Layla bint al-Minhal (Umm Tamim) di malam harinya.
Kasus Malik bin Nuwairah ini memang penuh kontroversi karena Malik dan
pengikutnya menyakini bahwa mereka masih muslim.
Abu Qatadah al-Anshari, seorang
sahabat Muhammad, yang mendampingi Khalid sangat terkejut dengan perbuatan
Khalid meng-eksekusi mati Malik dan menikahi istrinya. Dengan keadaan marah, ia
segera kembali ke Madinah, dan melaporkan perbuatan Khalid kepada Khalifah Abu
Bakar. Ia juga bersumpah tidak akan mau lagi berada dibawah komando Khalid yang
telah membunuh seorang Muslim. Abu Bakar ternyata malah memuji Khalid dan
kemenangan-kemenangannya dan tidak senang dengan sikap Abu Qatadah.
Kemarahan Umar Terhadap Perbuatan
Khalid
Kecewa dengan reaksi Abu Bakar,
lantas Abu Qatadah mengadu kepada Umar bin Khattab. Umar ternyata sependapat
dengan Abu Qatadah bahwa Khalid mengampangkan hukum Allah. Umar segera menemui
Abu Bakar, meminta agar Khalid dipecat. "Pedang Khalid itu sangat
tergesa-gesa dan harus ada sanksinya." ujar Umar. "Ah Umar!
Dia sudah membuat pertimbangan tapi salah. Jangan mengatakan yang bukan-bukan
tentang Khalid." jawab Abu Bakar. Namun Umar bersikeras agar Khalid
diberi sanksi. "Umar! Aku tak akan menyarungkan pedang yang oleh Allah
sudah dihunuskan kepada orang-orang kafir!" kata Abu Bakar kesal.
Abu Bakar akhirnya memanggil Khalid
bin Walid ke Madinah untuk dimintai pertanggungjawaban. Tatkala Khalid tiba
dari medan perang, Umar lantas menemuinya dan memarahinya "Anda musuh
Allâh! Kau membunuh seorang Muslim dan kemudian menikahi istrinya. Demi Allâh,
sungguh akan kurajam engkau dengan batu!"
Pertempuran Yamamah
Setelah insiden Malik, Abu Bakar
mengirim Khalid untuk menghancurkan ancaman paling berbahaya bagi negara Islam
yang baru lahir. Yakni Musailimah, pemimpin banu Hanifah yang mengaku sebagai
nabi, dan sudah mengalahkan dua pasukan muslimin. Pada minggu ketiga bulan
Desember 632, Khalid meraih kemenangan yang menentukan melawan Musailimah pada
Pertempuran Yamamah. Musailimah tewas dalam pertempuran itu. Setelah peristiwa
ini, hampir semua pemberontakan suku-suku berhasil ditumpas dalam Pertempuran
Riddah yang berlangsung selama sekitar setahun.
Invasi Ke Wilayah Kekaisaran Persia
Setelah masalah pemberontakan
selesai, dan penduduk arab kembali bersatu dalam panji Islam. Abu Bakar
khawatir melihat wilayah Islam yang terjepit diantara 2 kekaisaran besar
(Persia dan Romawi Bizantium) lantas memutuskan untuk menyerang Persia dan
Romawi. Khalid kemudian dikirim untuk memerangi Kekaisaran Persia dengan
pasukan yang terdiri dari 18.000 sukarelawan untuk menaklukkan provinsi terkaya
kekaisaran Persia, wilayah sungai Efrat Mesopotamia yang lebih rendah, (Irak).
Khalid dengan cepat meraih empat
pertempuran berturut-turut. Pertempuran Chains, berperang pada bulan April 633,
Pertempuran Sungai, bertempur di minggu ketiga bulan April 633, Pertempuran
Walaja, berperang Mei 633 dan Pertempuran Ullais, bertempur di pertengahan
bulan Mei 633. Pada minggu terakhir bulan Mei 633, Al-Hira, ibu kota daerah
Mesopotamia rendah, jatuh ke tangan Khalid. Penduduk Mesopotamia rendah (Irak)
memilih berdamai dengan membayar jizyah (upeti) setiap tahun serta
setuju untuk memberikan informasi intelijen bagi pasukan muslimin. Setelah
beristirahat pasukannya, pada bulan Juni 633. Khalid mengepung Anbar yang
meskipun mendapat perlawanan sengit berhasil direbut pada bulan Juli 633.
Khalid kemudian bergerak ke arah selatan, dan menguasai Tamr Ein ul pada minggu
terakhir bulan Juli, 633.
Sekarang, hampir semua Mesopotamia
rendah, (wilayah utara Efrat), berada di bawah kendali Khalid. Sementara itu,
Khalid menerima permintaan permohonan bantuan dari Ayaz bin Ghanam di wilayah
Daumat-ul-Jandal. Agustus 633, Khalid pergi ke Daumat-ul-Jandal dan mengalahkan
para pemberontak dalam Pertempuran Daumat-ul-Jandal, menguasai benteng kota.
Dalam perjalanan kembali ke Mesopotamia, Khalid dikabarkan telah melakukan
perjalanan rahasia ke Mekah untuk berpartisipasi dalam haji.
Setelah kembali dari Arab, Khalid
menerima informasi intelijen bahwa adanya pasukan Persia dalam jumlah besar
dibantu orang Kristen Arab. Pasukan besar ini terbagi dalam empat kamp-kamp
yang berbeda di wilayah Efrat, di Hanafiz, Zumail, Saniyy dan terbesar berada
di Muzayyah. Khalid memilih menghindari pertempuran langsung melawan mereka
semua. Lantas memutuskan untuk menyerang dan menghancurkan setiap kamp-kamp
dalam serangan malam hari terpisah dari tiga sisi. Dia membagi pasukannya dalam
tiga unit, dan menyerang pasukan Persia dalam serangan terkoordinasi dari tiga
arah yang berbeda pada malam hari, dimulai dari Pertempuran Muzayyah, maka
Pertempuran Saniyy, dan akhirnya Pertempuran Zumail pada bulan November 633
Masehi.
Setelah serangkaian kemenangan,
sampailah Khalid dan pasukannya di Firaz yaitu perbatasan Irak dengan Syam.
Dalam pertempuran terakhir Khalid di wilayah Persia ini, bersama pasukannya
Khalid menghadapi pasukan gabungan Romawi, Persia dan Kristen Arab dalam pertempuran
yang dikenal sebagai Pertempuran Firaz. Ketika Khalid sedang dalam perjalanan
untuk menyerang Qadissiyah, sebuah benteng kunci menuju Ctesiphon, ia menerima
surat dari Abu Bakar yang memerintahkannya untuk menuju Romawi Bizantium di
Suriah dengan maksud membebaskan Syam.
Invasi Ke Wilayah Timur Kekaisaran
Romawi Bizantium
Setelah sukses menaklukan provinsi
Persia - Sassanid Irak, Khalifah Abu Bakar mengirim sebuah ekspedisi untuk
menyerang Levant (Romawi Suriah). Invasi ini akan dilaksanakan oleh empat
pasukan dari empat arah berbeda. Bizantium menanggapi ancaman ini dengan
menempatkan pasukan-pasukannya saling berhadapan dengan masing-masing pasukan
muslimin. Bizantium juga memusatkan pasukan mereka di Ajnadyn (suatu tempat di
Palestina, mungkin al-Lajjun). Langkah pasukan muslim tertahan di wilayah
perbatasan, disebabkan kekuatan besar di pihak Romawi Bizantium. Tentara
muslimin tidak lagi bebas untuk bergerak ke Suriah pusat atau utara. Kekuatan
pasukan muslimin tampaknya terlalu kecil melawan ancaman pasukan Bizantium
dalam jumlah besar, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, komandan Muslim bagian depan
Suriah, meminta bala bantuan dari Khalifah. Abu Bakar menanggapinya dengan
mengirimkan bala bantuan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, dari Irak. Khalid
yang ingin melanjutkan perjuangannya membebaskan Persia merasa kesal. Khalid
curiga bahwa perintah Khalifah karena saran Umar bin Khattab. "Ini
pasti perbuatan si kidal anak Umm Sakhlah - yakni Umar bin Khattab - dia
dengki kepadaku karena aku yang membebaskan Irak." kata Khalid setelah
membaca surat perintah Khalifah.
Ada dua rute menuju Suriah dari
Irak, salah satunya melalui Daumat-ul-Jandal (sekarang dikenal sebagai Skaka)
dan yang lainnya adalah melalui Mesopotamia melewati Ar-Raqqah. Karena pasukan
Islam di Suriah yang membutuhkan bantuan secepatnya, Khalid menghindari rute
konvensional ke Suriah melalui Daumat-ul-Jandal karena jauh dan akan memerlukan
beberapa minggu untuk mencapai Suriah. Dia juga menghindari rute Mesopotamia
karena kehadiran pasukan Romawi di Suriah utara dan Mesopotamia. Berperang
dengan mereka pada saat pasukan muslimin sedang terkepung di Suriah, juga
berarti akan terjadi pertempuran di dua front. Khalid memilih rute yang tidak
terlalu jauh ke Suriah, jalur yang tidak biasa dilalui, yakni Gurun Suriah. Ia
berjalan bersama pasukannya melintasi gurun, di mana secara tradisi
diperkirakan prajuritnya akan berjalan selama dua hari tanpa setetes minum,
sebelum mencapai sumber air di oasis. Khalid memecahkan masalah kekurangan air
dengan menggunakan metode suku Badui. Unta yang diberi minum air yang banyak,
setelah unta tersebut sebelumnya dibuat sedemikian haus, sehingga akan
mendorong unta untuk minum banyak air pada satu waktu. Beberapa ekor unta
kemudian juga dibedah perutnya guna diambil kantong airnya untuk memberi minum
kuda-kuda. Cara ini terbukti efektif bagi pasukan muslim saat melintasi gurun.
Khalid memasuki Suriah pada bulan
Juni 634 dan dengan cepat merebut benteng perbatasan dari Sawa, Arak, Palmyra,
al-Sukhnah (Qaryatayn dan Hawarin direbut setelah Pertempuran Qarteen dan
Pertempuran Hawarin). Setelah menundukkan kota-kota ini, Khalid bergerak menuju
Bosra, sebuah kota dekat perbatasan Suriah-Arab dan ibukota kerajaan Ghassanid
Arab, pengikut dari Kekaisaran Romawi Timur. Dia menuju arah Damaskus melewati
gunung yang kini dikenal sebagai "Sanita-al-Uqab" ("jalan tembus
Uqab") dinamai demikian karena pasukan Khalid mengibarkan al-Uqab, bendera
Rasulullah. Dalam perjalanan di Maraj-al-Rahat, Khalid melewati tentara
Ghassanid Kristen Arab dan terjadi pertempuran singkat yang dikenal sebagai
Pertempuran Marj al-Rahit.
Dengan kabar kedatangan Khalid, Abu
Ubaidah memerintahkan Syurahbil bin Hasanah, salah satu dari empat komandan
pasukan muslimin, untuk menyerang kota Bosra. Pasukan Syurahbil bin Hasanah
yang kalah jumlah, ditertawakan oleh pasukan Romawi Byzantium dan Kristen Arab
yang berpikir akan mudah mengalahkannya, namun tanpa mereka duga pasukan Khalid
tiba dari gurun dan menyerang sisi belakang pasukan Romawi Bizantium,
menyelamatkan Shurhabil dari kekalahan. Pasukan musuh lantas mundur ke benteng
kota. Abu Ubaidah bergabung bersama Khalid bin Walid di Bosra. Kemudian Khalid,
sesuai instruksi dari khalifah, mengambil alih komando tertinggi. Benteng Bosra
menyerah pada pertengahan Juli 634, efektif mengakhiri dinasti Ghassanid.
Setelah merebut Bosra, Khalid memerintahkan semua pasukan untuk bergabung
dengannya di Ajnadayn, di mana mereka berjuang dalam pertempuran menentukan
melawan Bizantium tanggal 30 Juli 634. Sejarawan modern menganggap pertempuran
ini adalah pertempuran paling menentukan dalam mengakhiri kekuasaan Bizantium
di Suriah.
Akibat kekalahan di Pertempuran
Ajnadayn, wilayah kiri Suriah rentan terhadap tentara muslim. Sekarang, Khalid
bin Walid memutuskan untuk merebut Damaskus, benteng Bizantium. Di Damaskus,
Thomas, anak angkat Heraklius Kaisar Byzantium, yang bertanggung jawab atas
pertahanan kota, mendapat informasi intelijen, bahwa pasukan Khalid bergerak
menuju Damaskus, ia mempersiapkan pertahanan kota. Dia menulis kepada Kaisar
Heraklius, yang pada saat itu di Emesa, untuk mengirim bala bantuan. Selain
itu, Thomas, dalam rangka untuk menunda atau menghentikan pergerakan pasukan
Khalid mengirimkan pasukannya untuk bergerak maju. Dua pasukannya dikirim. Yang
pertama di Yaqusa pada pertengahan bulan Agustus dan yang lainnya di Maraj
as-Saffer pada tanggal 19 Agustus. Sementara itu, sebelum bala bantuan
Heraklius mencapai Damaskus, Khalid mengisolasi Damaskus dengan menempatkan
detasemen selatan di jalur Palestina dan di utara di jalur Damaskus dengan
Emesa, dan beberapa detasemen lain yang lebih kecil pada rute menuju Damaskus.
Bala bantuan Heraklius dicegat dan diserang oleh pasukan Khalid di Pertempuran
Sanita-al-Uqab, 30 km dari Damaskus.
Khalid memimpin serangan dan
menaklukkan Damaskus pada tanggal 18 September 634 setelah pengepungan selama
30 hari. Menurut beberapa sumber, pengepungan ini berlangsung selama sekitar
empat atau enam bulan. Kaisar Heraklius yang menerima berita jatuhnya Damaskus,
berangkat ke Antiokhia dari Emesa. Kavaleri muslimin di bawah Khalid menyerang
pasukan Bizantium dari Damaskus yang juga menuju ke Antiokhia, menyusul mereka
menggunakan jalan pintas yang tidak diketahui, dalam Pertempuran
Maraj-al-Debaj, 150 kilometer sebelah utara Damaskus.
Abu Bakar meninggal selama
pengepungan Damaskus dan Umar menjadi khalifah baru. Khalid bin Walid kemudian
dipecat sebagai panglima perang pasukan muslimin oleh Umar bin Khattab. Umar
menunjuk Abu Ubaidah bin al-Jarrah sebagai panglima baru dalam pasukan Islam di
Suriah. Abu Ubaidah mendapat surat pengangkatan dan pemberhentian Khalid selama
pengepungan, tetapi ia menunda pengumuman sampai kota itu ditaklukkan.
Era
Khalifah Umar Bin Khattab (634–642)
Pada tanggal 22 Agustus 634, Abu
Bakar meninggal, dan Umar bin Khattab menggantikannya sebagai khalifah. Langkah
pertama Umar adalah membebastugaskan Khalid dari komando tertinggi pasukan
muslimin dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai komandan baru pasukan muslimin.
Hubungan antara Khalid dengan Umar telah menegang sejak insiden Malik bin
Nuwairah. Akibatnya terjadi krisis kepercayaan antara keduanya. Sosok Khalid
yang tak terkalahkan, membuat Umar khawatir seandainya kaum muslimin melupakan
fakta bahwa semua kemenangan ini karena pertolongan Allah.
Umar menjelaskan alasannya memecat
Khalid mengatakan: "Saya tidak memecat Khalid bin Walid karena benci
atau pengkhianatan tetapi karena semua orang sudah terpesona, saya khawatir
orang hanya percaya kepadanya dan hanya akan berkorban untuknya. Maka saya
ingin mereka tahu bahwa Allah Maha Pencipta dan supaya mereka tidak menjadi
sasaran fitnah."
Setelah dipecat sebagai panglima
perang, Khalid masih melanjutkan perjuangan pembebasan Syam dibawah pimpinan
Abu Ubaidah. Abu Ubaidah yang seorang pengagum Khalid, memberinya komando
kavaleri dan menjadikannya sebagai penasihat militer.
Aksi heroik Khalid sangat membantu
Abu Ubaidah dalam Penaklukan Levant Tengah, Pertempuran Emesa, Pertempuran
Damaskus bagian kedua, Pertempuran Yarmuk, Penaklukan Yerusalem, Penaklukan
Suriah Utara dan Perjalanan ke Armenia dan Anatolia.
Pemecatan Khalid bin Walid Dari
Kemiliteran
Khalid bin Walid, sekarang, berada
di puncak karir, ia terkenal dan dicintai oleh anak buahnya, bagi kaum muslimin
dia adalah seorang pahlawan nasional, publik mengenalnya sebagai Saifullah
- "Pedang Allah". Ketenarannya tampak membuat risau Khalifah Umar,
yang khawatir bila Khalid dibiarkan terus semaunya suatu hari ia akan mencapai
puncak kesombongan dan kezalimannya, tak lagi peduli dengan perintah Khalifah.
Karena itu Umar membutuhkan alasan untuk mengambil tindakan hukum terhadap
Khalid. Dia menemukan satu alasan seperti ketika Khalid, selama tinggal di
Amid, Armenia, mandi dengan dengan zat tertentu yang mengandung khamr.
Umar dalam suratnya kepada Khalid menanyakan perihal ini. Khalid menjawab,
"Kami sudah menolaknya tetapi bahan pembersih tak ada selain khamr."
Khalid juga diduga membayar Asy'as
bin Qais, seorang penyair dan pahlawan perang Persia untuk membacakan puisi
yang memujinya dengan bayaran sebesar 10.000 dirham yang diduga menggunakan kas
negara. Karena itu Umar menuduhnya menyalahgunakan keuangan negara. Umar
kemudian menulis surat kepada Abu Ubaidah supaya memanggil Khalid, dan
mengikatnya dengan serbannya serta melepaskan qalansuwah-nya (topi
kebesaran) sampai terungkap pemberiannya kepada Asy'as bin Qais. Dari harta
sendiri atau dari harta rampasan perang. Kalau dia mengatakan itu adalah harta
rampasan perang, maka itu adalah bukti pengkhianatannya. Dan bila dia
mengatakan itu dari hartanya sendiri maka itu berarti pemborosan. Bagaimanapun
juga ia mendapat perintah memecat Khalid bin Walid.
Abu Ubaidah yang mengagumi Khalid
dan menghormati Khalifah Umar pun menjadi kebingungan. Bagaimanapun juga,
Khalid akhirnya dipanggilnya namun untuk pelaksanaannya diserahkan kepada kurir
Umar (yakni muadzin Nabi, Bilal). Dihadapan pasukannya Khalid naik ke
atas mimbar, lalu Bilal pun menanyakan asal muasal hadiah pemberian kepada
Asy'as bin Qais. Khalid menyatakan bahwa itu semua dari hartanya sendiri.
Kejadian ini membuat Khalid marah dan merasa dipermalukan.
Kemudian Khalid pun mengunjungi Abu
Ubaidah yang lantas memberitahunya bahwa dirinya dipecat atas perintah Khalifah
Umar bin Khattab, dan diminta kembali ke Medinah. Di Medinah, dalam keadaan
marah Khalid menemui Umar dan menyatakan protes terhadap perlakuan yang tidak
adil kepadanya. Umar lalu menenangkannya dengan berkata, "Apa yang
telah anda telah lakukan dan tidak ada seorang pun yang melakukan seperti yang
anda lakukan. Tapi ini bukan tentang orang yang melakukan, Allah-lah yang
melakukan...."
Kematian Khalid bin Walid
Kurang dari empat tahun setelah
pemecatannya, Khalid meninggal dan dikuburkan di 642 di Emesa, di mana ia
tinggal sejak pemecatannya dari kemilteran. Makamnya sekarang merupakan bagian
dari sebuah masjid bernama Masjid Khalid bin al-Walid. Nisan Khalid
menggambarkan daftar lebih dari 50 pertempuran yang ia menangi tanpa kekalahan
(tidak termasuk pertempuran kecil).
Dikisahkan bahwa ia ingin mati
sebagai martir di medan pertempuran, dan sangat kecewa ketika menyadari dirinya
akan mati di tempat tidur. Khalid mengungkapkan rasa sedihnya dengan berkata,
"Aku berjuang dalam banyak
pertempuran mencari mati syahid, tidak ada tempat di tubuhku melainkan memiliki
bekas luka tusuk tombak, pedang atau belati, namun inilah aku, mati di tempat
tidur seperti unta tua mati. Semoga mata para pengecut tidak pernah tidur."
1. Masa muda dan universitas
Einstein dilahirkan di Ulm di
Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur Stuttgart. Bapaknya bernama
Hermann Einstein, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian menjalani
pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama Pauline. Mereka menikah di
Stuttgart-Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Albert disekolahkan
di sekolah Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran biola. Pada
umur lima, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa
sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas
tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat
yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat
mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan
disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan
tidak biasa pada otaknya (diteliti setelah kematiannya).
Di waktu kecilnya Albert Einstein
nampak terbelakang karena kemampuan bicaranya amat terlambat. Wataknya pendiam
dan suka bermain seorang diri. Bulan November 1981 lahir adik perempuannya yang
diberi nama Maja. Sampai usia tujuh tahun Albert Einstein suka marah dan
melempar barang, termasuk kepada adiknya.
Minat dan kecintaannya pada bidang
ilmu fisika muncul pada usia lima tahun. Ketika sedang terbaring lemah karena
sakit, ayahnya menghadiahinya sebuah kompas. Albert kecil terpesona oleh
keajaiban kompas tersebut, sehingga ia membulatkan tekadnya untuk membuka tabir
misteri yang menyelimuti keagungan dan kebesaran alam.
Meskipun pendiam dan tidak suka bermain dengan teman-temannya, Albert Einstein tetap mampu berprestasi di sekolahnya. Raportnya bagus dan ia menjadi juara kelas. Selain bersekolah dan menggeluti sains, kegiatan Albert hanyalah bermain musik dan berduet dengan ibunya memainkan karya-karya Mozart dan Bethoveen.
Meskipun pendiam dan tidak suka bermain dengan teman-temannya, Albert Einstein tetap mampu berprestasi di sekolahnya. Raportnya bagus dan ia menjadi juara kelas. Selain bersekolah dan menggeluti sains, kegiatan Albert hanyalah bermain musik dan berduet dengan ibunya memainkan karya-karya Mozart dan Bethoveen.
Albert menghabiskan masa kuliahnya
di ETH (Eidgenoessische Technische Hochscule). Pada usia 21 tahun Albert
dinyatakan lulus. Setelah lulus, Albert berusaha melamar pekerjaan sebagai
asisten dosen, tetapi ditolak. Akhirnya Albert mendapat pekerjaan sementara
sebagai guru di SMA. Kemudian dia mendapat pekerjaan di kantor paten di kota
Bern. Selama masa itu Albert tetap mengembangkan ilmu fisikanya..
Dia kemudian diberikan penghargaan
untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan
berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu
mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang
belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom
Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme. Einstein mulai
belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam
matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian
dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu
mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir
kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains
dan matematika. Pada tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia
ayahnya, Einstein pindah dari Munich ke Pavia, Italia (dekat Milan). Albert
tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum
bergabung kembali dengan keluarganya di Pavia. Kegagalannya dalam seni liberal
dalam tes masuk Eidgenössische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss
Federal, di Zurich) pada tahun berikutnya adalah sebuah langkah mundur;j dia
oleh keluarganya dikirim ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah
menengahnya, di mana dia menerima diploma pada tahun 1896, Einstein beberapa
kali mendaftar di Eidgenössische Technische Hochschule. Pada tahun berikutnya
dia melepas kewarganegaraan Württemberg, dan menjadi tak bekewarganegaraan.
Pada 1898, Einstein menemui dan
jatuh cinta kepada Mileva Maric, seorang Serbia yang merupakan teman kelasnya
(juga teman Nikola Tesla). Pada tahun 1900, dia diberikan gelar untuk mengajar
oleh Eidgenössische Technische Hochschule dan diterima sebagai warga negar
Swiss pada 1901. Selama masa ini Einstein mendiskusikan ketertarikannya
terhadap sains kepada teman-teman dekatnya, termasuk Mileva. Dia dan Mileva
memiliki seorang putri bernama Lieserl, lahir dalam bulan Januari tahun 1902.
Lieserl, pada waktu itu, dianggap tidak legal karena orang tuanya tidak
menikah.
2. Kerja dan Gelar Doktor
Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss dalah tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengatahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk,
Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss dalah tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengatahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk,
dan belajar dari direktur bagaimana "menjelaskan dirinya secara benar". Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka. Einstein menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Pernikahan Einstein dengan Mileva, seorang matematikawan, adalah pendamping pribadi dan kepandaian; Pada 14 Mei 1904, anak pertama dari pasangan ini, Hans Albert Einstein, lahir. Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue Bestimmung der Moleküldimensionen" ("On a new determination of molecular dimensions") dalam tahun 1905 dari Universitas Zürich.
Tahun 1905 adalah tahun penuh
prestasi bagi Albert, karena pada tahun ini ia menghasilkan karya-karya yang
cemerlang. Berikut adalah karya-karya tersebut:
Maret: paper tentang aplikasi
ekipartisi pada peristiwa radiasi, tulisan ini merupakan pengantar hipotesa
kuantum cahaya dengan berdasarkan pada statistik Boltzmann. Penjelasan efek
fotolistrik pada paper inilah yang memberinya hadiah Nobel pada tahun 1922.
April : desertasi doktoralnya
tentang penentuan baru ukuran-ukuran molekul. Einstein memperoleh gelar PhD-nya
dari Universitas Zurich.
Mei : papernya tentang gerak Brown.
Juni : Papernya yang tersohor, yaitu
tentang teori relativitas khusus, dimuat Annalen der Physik dengan judul Zur
Elektrodynamik bewegter Kerper (Elektrodinamika benda bergerak).
September : kelanjutan papernya
bulan Juni yang sampai pada kesimpulan rumus termahsyurnya : E = mc2, yaitu
bahwa massa sebuah benda (m) adalah ukuran kandungan energinya (E). c adalah
laju cahaya di ruang hampa (c >> 300 ribu kilometer per detik). Massa
memiliki kesetaraan dengan energi, sebuah fakta yang membuka peluang
berkembangnya proyek tenaga nuklir di kemudian hari. Satu gram massa dengan demikian
setara dengan energi yang dapat memasok kebutuhan listrik 3000 rumah (berdaya
900 watt) selama setahun penuh, suatu jumlah energi yang luar biasa besarnya
Di tahun yang sama dia menulis empat
artikel yang memberikan dasar fisika modern, tanpa banyak sastra sains yang
dapat ia tunjuk atau banyak kolega dalam sains yang dapat ia diskusikan tentang
teorinya. Banyak fisikawan setuju bahwa ketiga thesis itu (tentang gerak Brownian),
efek fotoelektrik, dan relativitas spesial) pantas mendapat Penghargaan Nobel.
Tetapi hanya thesis tentang efek fotoelektrik yang mendapatkan penghargaan
tersebut. Ini adalah sebuah ironi, bukan hanya karena Einstein lebih tahu
banyak tentang relativitas, tetapi juga karena efek fotoelektrik adalah sebuah
fenomena kuantum, dan Einstein menjadi terbebas dari jalan dalam teori kuantum.
Yang membuat thesisnya luar biasa adalah, dalam setiap kasus, Einstein dengan
yakin mengambil ide dari teori fisika ke konsekuensi logis dan berhasil
menjelaskan hasil eksperimen yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa
dekade. Dia menyerahkan thesis-thesisnya ke "Annalen der Physik".
Mereka biasanya ditujukan kepada "Annus Mirabilis Papers" (dari
Latin: Tahun luar biasa). Persatuan Fisika Murni dan Aplikasi (IUPAP)
merencanakan untuk merayakan 100 tahun publikasi pekerjaan Einstein di tahun
1905 sebagai Tahun Fisika 2005.
3. Gerakan Brownian
Di artikel pertamanya di tahun 1905
bernama "On the Motion—Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat—of
Small Particles Suspended in a Stationary Liquid", mencakup penelitian
tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu
kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang
memuaskan setelah beberapa dekade setlah ia pertama kali diamati, memberikan
bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan
juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga
kontroversial. Sebelum thesis ini, atom dikenal sebagai konsep yang berguan,
tetapi fisikawan dan kimiawan berdebat dengan sengit apakah atom benar suatu
benda yang nyata. Diskusi statistik Einstein tentang kelakuan atom memberikan
pelaku eksperimen sebuah cara untuk menghitung atom hanya dengan melihat
melalui mikroskop biasa. Wilhelm Ostwald, seorang pemimpin sekolah anti-atom,
kemudian memberitahu Arnold Sommerfeld bahwa ia telah berkonversi kepada
penjelasan komplit Einstein tentang gerakan Brownian.
Tahun 1909, Albert Einstein diangkat
sebagai profesor di Universitas Zurich. Tahun 1915, ia menyelesaikan kedua
teori relativitasnya. Penghargaan tertinggi atas kerja kerasnya sejak kecil
terbayar dengan diraihnya Hadiah Nobel pada tahun 1921 di bidang ilmu fisika.
Selain itu Albert juga mengembangkan teori kuantum dan teori medan menyatu.
Pada tahun 1933, Albert beserta
keluarganya pindah ke Amerika Serikat karena khawatir kegiatan ilmiahnya - baik
sebagai pengajar ataupun sebagai peneliti - terganggu. Tahun 1941, ia
mengucapkan sumpah sebagai warga negara Amerika Serikat. Karena ketenaran dan
ketulusannya dalam membantu orang lain yang kesulitan, Albert ditawari menjadi
presiden Israel yang kedua. Namun jabatan ini ditolaknya karena ia merasa tidak
mempunyai kompetensi di bidang itu. Akhirnya pada tanggal 18 April 1955, Albert
Einstein meninggal dunia dengan meninggalkan karya besar yang telah mengubah
sejarah dunia.
Meskipun demikian, Albert sempat menangis pilu
dalam hati karena karya besarnya - teori relativitas umum dan khusus -
digunakan sebagai inspirasi untuk membuat bom atom. Bom inilah yang dijatuhkan
di atas kota Hiroshima dan Nagasaki saat Perang Dunia II berlangsung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar