Kamis, 04 Juli 2013

Dulu Kafir/Nasrani Kini Islam

Saya lahir di Sragen pada tanggal 21 Mei 1998 dan tempat di Bidan Sri Wahyuni (saudara ibu saya). saya mulai tidak bisa bernapas sejak lahir, kemudian langsung masuk ruang Oksigen untuk bernapas dan tidak lama 5 hari, saya mulai bernapas dan tapi tidak bisa mendengar membuat kabar buruk bagi orangtua saya. Ibu sempat menangis, karena dulu masa kehamilan ibu saya terserang penyakit tipus.

Setelah itu, orangtua saya memutuskan untuk menerima saya meski vonis sebagai tunarungu. Orangtua pun berusaha keras untuk menyembuhkan saya agar bisa kembali mendengar melalui sering pergi ke dukun. Tapi saya tidak bisa sembuh secara pulih. Hal membuat orangtua saya menangis dan sedih. Untuk menghibur hati, orangtua tahu bahwa tuli tidak dapat sembuh selama hidup di dunia.

Untuk mendapat pendidikan saya, orangtua sempat bertemu orangtua Andrie (teman saya di SLB Wonosobo) untuk mengetahui tentang sekolah khusus tunarungu yang bisa berbicara secara pelan-pelan. Orangtua Andrie pun memberitahui kepada orangtua saya. Akhirnya orangtua saya tertarik meski harus ditinggal di asrama. Setelah itu, orangtua berencana mendaftar sekolah khusus tunarungu, SLB Karya Bakti Wonosobo. Orangtua yakin saya bisa berbicara meski tidak bisa mendengar. Setelah tiba di Wonosobo, saya sempat menangis karena orangtua harus pulang ke rumah sedangkan saya tinggal bersama teman di Wonosobo, itu hal paling sulit dalam hidup saya. Setelah itu, orangtua pun berdo'a yakin saya bisa berbicara secara pelan-pelan. Atas mukjizat dari Allah, saya mulai bisa berbicara membuat orangtua senang meski sekolah di Wonosobo dominasi Agama non Islam, yakni Nasrani atau Katolik Kristen.

Selama 9 tahun saya di Wonosobo, saya sering pergi ke gereja kecil atau dikenal Kapel maupun Gereja terutama ada pesta sekolah. Saya sempat memperhatikan tentang cerita perjalanan Yesus disalib dan melihat patung ibu Maria Yesus dan Salib Yesus. Bahkan saya memegang kitab suci Nasrani, Injil dan Alkitab. Saya pun membaca kitab suci itu, saya dapat mengenal tentang Yesus dan sahabat Yesus. Saya pikir Yesus dianggap sebagai Tuhan, tapi saya pun percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.

Selama saya terdapat ilmu agama Nasrani, muncul ada les agama Islam, saya pun tertarik tapi tidak ada mengaji atau menghafal surah pendek. Belajar agama Islam hanya tentang Fiqih, Sejarah, mengenal shalat/ wudhu dan mengenal tentang Nabi Rasul. Saya tidak dapat paham tentang "Tidak ada Tuhan Selain Allah" karena saya merasa kurang percaya.

Prestasi saya selama di sekolah sangat membanggakan. Mapel saya sering baik dan bagus tidak pernah dapat nilai 0 atau 5 terutama bidang matematika dan keterampilan. Tapi namun perilaku saya sangat buruk yaitu emosional. Saya selalu emosi jika tim saya kalah atau bercanda berlebihan. Saya pernah bunuh diri saat sedang marah. Waktu bermain futsal, saya tugas sebagai kiper, saat ada penyerang melakukan gol saya langsung tangkap bola atau diving. Saya pun pura-pura cedera tangan atau jari-jari tangan, temanku pun marah dan berkata dengan kasar dan kotor "Kamu Bohong dan Tidak ada cedera" "Kamu Diving". Saya pun marah besar dan ingin memukul teman saya hingga berdarah, tapi akhirnya bencana bagi saya yaitu memukul kaca hingga urat nadi terputus. Saya dalam keadaan marah setelah pukul kaca. Pengasuh saya (Pak Supri) menelpon Pak Agus (Guru saya) untuk mengenai berita saya dan langsung bawa saya di rumah sakit. Setelah itu, saya melihat tanganku sangat mengerikan dan berbahaya. Tapi bersyukurlah, Allah masih menyelamatkan saya atas bencana putusnya urat nadi. Saya tahu urat nadi berfungsi sebagai alat pemompa darah, jika putus akan mati. Tapi ternyata saya tidak mati atas izin Allah. Dokter pun menyarankan saya pulang ke Solo untuk melakukan operasi tangan. Orangtua saya sedih sekali dan menangis. Setelah berhasil menjalani operasi tanganku sudah pulih secara total meski kurang tepat bergerak.

Kembali ke Wonosobo untuk melakukan study tour bersama temanku. Setelah itu, saya pun jatuh sakit tekanan darah tinggi dan akhirnya bawa pulang ke Solo lagi untuk menjalani proses penyembuhkan.

Orangtua pun berpikir tentang pendidikan lanjutan untuk saya sehabis SD. Orangtua pun setuju pindah sekolah SM Al Firdaus berbasisi ABK. Sebelum setuju, saya memilih SMP Batik karena tidak suka belajar agama Islam dan anggap tidak ada Tuhan selain Allah adalah tidak percaya. Akhirnya saya relah menerima keputusan orangtua saya. Orangtua saya mendaftar sekolah itu. Saya bertemu guru BK, Bu Yosi untuk melakukan tes wawancara. Setelah itu, saya pun langsung pulang. Sehari lalu, SM Al Firdaus mengirim kabar tentang PSB adalah sudah daftar atau sudah resmi menjadi siswa ABK di Al Firdaus. Saya pun bahagia.

Hari Pertama masuk sekolah, saya mulai melihat lingkungan baru saat tanganku masih diperban. saya pun mengenal teman saya pertama kali. saya mengenal teman saya namanya Ilham dan ia anak ABK kelas sama saya. Keesok hari kedua masuk sekolah, saya sempat menangis karena tidak ingin belajar agama Islam dan ingin kembali ke Wonosobo. Namun, Bu Yosi meminta saya untuk tetap sabar dan terus mencoba mengenal teman baru lainnya. Akhirnya saya berhasil mengenal teman namanya Singgih Habib Nugroho, Odvan Rasyid, dan Rochmad Alfandi. Ketiga teman saya adalah lulusan SD Islam sedangkan saya lulusan SDLB dominasi Agama Nasrani.

Sehabis liburan Idul Fitri, saya mula belajar Agama Islam, saya merasa yakin bahwa tidak ada Tuhan selain Allah adalah benar dan sah. Akhirnya saya masuk Islam hadapan orangtua saya. Saya mengucapkan kalimat syahadat sebanyak 3 kali. "Asyhadu Illa Illaha Illahi wa asyhadu anna muhammadar rasulullah" artinya Aku Bersaksi Bahwa Tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Setelah itu, saya pun mempelajari iqro untuk mengaji dan menghafal surah-surah pendek bawah hadapan ibu saya. Membuatku bangga menjadi Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar